Senin, 29 November 2010

Sukrosa

Sukrosa ialah gula kristal yang manis rasanya, dibuat dari tebu atau beet, mempunyai rumus kimia C12H22O11, mempunyai sifat aktif optik (memutar bidang polarisasi). Dengan adanya sifat ini maka kadar gula (sukrosa, atau zat aktif optik lainnya) dalam suatu larutan gula dapat ditentukan kadarnya dengan cara polarisasi.
[Catatan: Pada panjang gelombang 589,44 nm (sinar Natrium), larutan sukrosa dengan konsentrasi 26,00 sukrosa per 100 ml larutan pada suhu 20,0 oC dan ketebalan larutan 2 dm memutar bidang polarisasi sebesar 34,620 derajat busur].
    Polarisasi atau pol didefinisikan sebagai jumlah gula (gram) yang terlarut dalam 100 gram larutan yang mempunyai kesamaan putaran optik dengan sukrosa murni terlarut dalam air. Alat yang digunakan untuk mengukur pol suatu larutan gula dinamakan polarimeter atau sakarimeter. Satuan polarisasi ialah oS (sugar scale, skala gula).
    Pengukuran pol dengan polarimeter didasarkan pada putaran optik larutan sukrosa di mana penunjukkan angka 100 oS pada polarimeter didapat dari mengukur larutan sukrosa murni yang mengandung 26,00 g sukrosa  setiap 100 ml larutan. Pengukuran ini dilakukan pada panjang gelombang 589,44 nm pada suhu pengukuran 20 oC panjang tabung 2 dm
    Dari dasar di atas dapat dilanjutkan:
Untuk pembacaan pol = 100 oS setara dengan 26,00 g sukrosa per 100 ml larutan analit
Untuk pembacaan pol = p oS  setara  dengan  ( p : 100 x 26,00 ) g sukrosa per 100 ml larutan analit.
[Catatan: Yang dimaksud larutan analit ialah larutan yang teranalisis (dalam hal ini dibaca polnya langsung dengan polarimeter). Jadi larutan analit dalam analisis pol dapat berupa bahan asal (seperti gula 1 normal yaitu ditimbang 26 g per 100 ml), atau bahan asal yang telah diencerkan (seperti tetes diencerkan menjadi 1/4 normal yaitu ditimbang 65 g per 1000 ml; nira-nira gilingan diencerkan 1,1 kali)].

Oleh sebab itu perlu diperhatikan:
(1). Jika berat jenis larutan analit diketahui  = bj
       kadar pol (%) = P =  [ ( p : 100 ) x 26,00 ] :  ( 100 x  bj ) x 100
                                  =  ( 0,26 p ) : bj
(2). Jika dalam larutan analit (1) berasal dari bahan asal yang
       diencerkan,
       kadar pol (%) = P =  ( 0,26 p x pengenceran ) : bj
(3). Jika dalam larutan analit berasal dari bahan asal yang ditimbang
       dalam normal, 1, 1/2 atau 1/4 normal. Ditimbang  1 normal = 26,00
       g bahan asal per 100 ml larutan.
       u/ ditimbang 1normal
       kadar pol (%) = P =  [ ( p : 100 ) x 26,00 ] :  26,00 x 100  =  p
       u/ ditimbang 1/2 normal
       kadar pol (%) = P =  [ ( p : 100 ) x 26,00 ] :  13,00 x 100  = 2 x p
       u/ ditimbang 1/4 normal
       kadar pol (%) = P =  [ ( p : 100 ) x 26,00 ] :  6,50 x 100   =  4 x p
    Kadar sukrosa dalam larutan gula ditetapkan dengan cara polarisasi ganda, yaitu berdasarkan polarisasi sebelum dan sesudah larutan di-inversi (metode Herzfed dan Clerget). Polarisasi sebelum inversi ialah polarisasi terhadap larutan analit langsung, sebelum dihidrolisidengan asam. Sedangkan polarisasi sesudah inversi ialah polarisasi terhadap larutan analit yang telah dihidrolisis dengan asam.

Pembacaan pol sebelum inversi = p  oS, dapat dihitung kadar pol dalam bahan asal sebelum inversi, misal = P %
Pembacaan pol sesudah inversi = i oS, pada suhu ruangan (alat) = tr oC dan suhu larutan =  tl oC; dapat dihitung kadar pol dalam bahan asal sesudah iversi, misal = I %
Sehingga kadar sukrosa (%) = S =  ( P - I ) : ( Cs - 0,5 tl ) x 100


(sumber : P3GI)

0 comments: